Langsung ke konten utama

[Review Film] Captain America: Civil War


New York… Washington DC… Sokovia…

Merupakan beberapa kejadian besar yang memakan banyak korban dimana Avengers terlibat di dalamnya. Setelah kejadian tersebut pemerintah dari seluruh dunia sepakat bahwa Avengers harus dikendalikan dan tidak melakukan tindakan sesuka mereka secara independen dengan membuat Perjanjian Sokovia. Ada yang setuju dan ada yang tidak setuju, Avengers menjadi dua kubu. Kelompok yang dipimpin oleh Captain America (Falcon, Winter Soldier, Hawkeye, Scarlet Witch dan Ant-Man) menolak Perjanjian Sokovia dan harus bertarung melawan kelompok yang dipimpin oleh Iron Man (War Machine, Vision, Black Widow, Black Panther dan Spider-Man) yang setuju dengan Perjanjian Sokovia.


Film Captain America: Civil War merupakan film pertama dari phase ketiga MCU (Marvel Cinematic Universe) dan merupakan lanjutan dari film Captain America: Winter Soldier serta dapat juga dikatakan sebagai lanjutan film Avengers: Age of Ultron. Bucky Barnes (Winter Soldier) yang merupakan tokoh penting di film Captain America: Winter Soldier kembali menjadi tokoh yang tidak kalah pentingnya dalam film Captain America: Civil War. Dan karena timeline film ini terjadi setelah film Avengers: Age of Ultron maka akan ada kejadian-kejadian di film Avengers: Age of Ultron yang menyambung dengan kejadian-kejadian di film Captain America: Civil War. Inilah proyek besar MCU dimana semua film dari MCU memiliki kesinambungan.


Captain America: Civil War dibuat to the point, langsung ke inti cerita. Jadi tidak ada pengenalan tokoh yang tidak perlu seperti tokoh-tokoh yang sudah pernah muncul di film-film MCU sebelumnya. Konflik yang terjadi bukan hanya sekedar setuju dan tidak setuju tapi lebih dari itu, terutama antara Steve Rogers (Captain America) dan Tony Stark (Iron Man). Konflik yang terjadi sangat personal dan emosional. Kalian akan melihat sisi lain atau perubahan dari Steve Rogers dan Tony Stark. Satu hal yang melatarbelakangi semua konflik yang terjadi dalam Captain America: Civil War, yaitu rasa dendam. Konflik-konflik tersebut mudah dipahami saat menonton bahkan setiap tindakan dan keputusan yang diambil oleh setiap tokoh memliki alasan yang kuat dan dapat dimengerti. Bagi kalian yang sebelum menonton sudah menentukan berada di #TeamCaptainAmerica atau #TeamIronMan akan dibuat berpikir kembali saat menonton.


Tokoh villain (penjahat) di film ini biasa saja. Ada Brock Rumlow (Crossbone) yang muncul sebentar dan Zemo yang merupakan tokoh villain utama dalam film Captain America: Civil War. Zemo sendiri tidak memiliki kekuatan spesial seperti Crossbone tapi memilik kemampuan strategi yang baik. Tokoh viilain disini terasa jadi titik untuk berpindah atau masuk ke konflik selanjutnya. Tapi walaupun begitu eksekusinya sangat baik sehingga secara keseluruhan menjadi bagus. Adegan-adegan fighting di film ini pun diambil dengan sangat baik. Yang sangat disayangkan adalah tidak jadi munculnya aktor Indonesia, Ray Sahetapy dikarenakan durasi dan kebutuhan cerita film sehingga adegan dimana Ray Sahetapy berakting harus di cut. Kabarnya Ray Sahetapy berperan sebagai teman Zemo dalam film Captain America: Civil War.

Mungkin banyak yang berpendapat bahwa terlalu banyak karakter superhero dalam film ini. Ya memang banyak, tapi kehadiran mereka tidak dipaksakan dan memiliki porsi yang pas dalam film ini. Walaupun beberapa karakter hanya memiliki beberapa scene tapi mereka mendapat apresiasi atas kemunculannya dalam film ini, seperti Ant-Man, Black Panther dan Spider-man. They steal the spotlight. Walaupun film solo Spider-Man (2017) dan Black Panther (2018) belum ada tapi kehadirannya sangat dinikmati. Buat saya pribadi, saya sangat suka dengan Peter Parker (Spider-Man) yang diperankan oleh Tom Holland. Good Actor and Good Script. Spider-Man versi Tom Holland menurut saya adalah yang terbaik, seperti gabungan antara Spider-Man versi Tobey Maguire dan Andrew Garfield. Saya melihat Spider-Man yang benar-benar Spider-Man, Spider-Man yang muda, semangat, talk-active dan dengan rasa pensarannya yang tinggi. seperti Spider-Man Animasi yang saya tonton dulu. Hanya saja kostum Spider-Man-nya terlalu menggunakan CGI, jadi terlihat kurang bagus dan kurang detail.



Film ini memiliki rating PG-13 jadi anak-anak yang berumur dibawah 13 tahun perlu dampingan orang tua. Tapi menurut saya keseluruhan adegan film aman untuk dilihat oleh anak-anak, mungkin hanya adegan fighting yang banyak saja serta luka dan darah yang jadi pertimbangnan. Dan saran saya jika ingin menonton Captain America: Civil War, tontonlah film-film MCU sebelumnya jika belum menonton, seperti Captain America: Winter Soldier, Avengers: Age of Ultron dan Ant-Man. Kenapa? Agar kalian tidak banyak muncul pertanyaan saat menonton. Bukan berarti kalian tidak bisa menikmati filmnya jika belum menyaksikan film-film sebelumnya tapi jika kalian sudah menonton film-film sebelumnya akan membuat kalian sangat mudah mengerti dan paham serta lebih menikmati film Captain America: Civil War.

Buat yang sudah menonton trailer Captain America: Civil War dan mempunyai perkiraan akan seperti apa filmnya, trust me. It’s different. Marvel sangat pintar dalam membuat trailer yang bagus namun menyembunyikan isi cerita. Akan banyak kejutan mulai dari kejutan besar dan kejutan kecil dalam film ini. Dan seperti biasa, menu wajib film Marvel, akan ada scene cameo Stan Lee dan post-credit scene. Di film Captain America: Civil War ada dua post-credit scene. Iya DUA. Ditengah credit dan sesudah credit. Jadi jangan buru-buru beranjak dari tempat duduk kalian walaupun kalian tinggal satu-satunya orang yang tersisa dalam bioskop. It’s worth to wait.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[Review Film] The Visit

Kisah kakak dan adik yang pergi berlibur selama satu minggu ke rumah kakek dan nenek mereka untuk pertama kalinya. Namun baru beberapa jam setelah sampai di rumah kakek dan neneknya, mereka merasakan keanehan dengan perilaku kakek dan nenek mereka yang membuat mereka berdua ketakutan. Akhirnya mereka memutuskan untuk pulang lebih cepat karena mereka takut tidak bisa pulang kembali.

[Review Film] Fifty Shades of Grey

Anastasia Steele (Dakota Johnson), perempuan lugu, polos, dan pintar harus menggantikan temannya Kate (Eloise Mumford) yang sedang sakit untuk melakukan wawancara dengan seorang pengusaha sukses, Christian Grey (Jamie Dornan). Keduanya saling tertarik sejak pertemuan wawancara tersebut. Namun, Ana harus menghadapi sifat Mr. Grey yang tidak romantis dan senang mengendalikan. Selain itu, ternyata Mr. Grey memiliki sisi lain yang membuat Ana terkejut.

[Review Buku] Sabtu Bersama Bapak

Buku karangan Adhitya Mulya ini mengajarkan banyak hal terutama tentang keluarga. Banyak pelajaran yang bisa diambil serta membuka mata dan pikiran akan sesuatu yang mungkin tidak kita pikirkan. Sekilas kehidupan tokoh utama terlihat bahagia dan sempurna terutama dari sisi ekonomi walaupun ada duka yang mendalam di awal cerita. Yang menarik justru bukan kesempurnaan itu tetapi apa yang terjadi dibalik kesempurnaan dan kebahagian yang mereka dapat, bagaimana prosesnya, persiapannya dan langkah yang diambil untuk mencapai kebahagiaan. Dan yang paling menonjol dalam cerita ini adalah sifat kekeluargaan yang memperingatkan kita bahwa betapa pentingnya keluarga.